Mopohabaru atau Mohabaru Dalam Perspektif Etimologi, Terminologi dan Histori

Oleh : Ridwan Lasamano

IDENTIK.NEWS – Diusia saya yang 40 tahun ini, rasa-rasanya saya belum banyak melihat, mendengar apalagi melakukan hal dalam aspek warisan kebudayaan sebuah daerah.

Kenapa tulisan ini saya mulai dengan narasi di atas, karena pada aspek warisan kebudayaan, pelaku budaya yang terkadang akan menempatkan usia sebagai faktor untuk melegitimasi fikiran dan pendapat.

Berikuat saya ulas;

Ada sebuah warisan kebudayaan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut) salah satu diantara banyak warisan kebudayaan daerah ini, yang kemudian secara resmi disebut Mopohabaru.

Secara terminologi (istiah), Mopohabaru adalah sebuah prosesi adat (bagian dari budaya) yang dilaksanakan oleh para pemangku adat di desa, menjelang tanggal 1 ramadhan dan menjelang 1 syawal (hijriyah).

Di zaman dulu, prosesi adat Mohabaru (bukan mopohabaru) Sangadi (kepala desa) mengutus dua tokoh, satu tokoh adat (kuadato) dan satu tokoh agama (kusyara), mereka berdua ini merupakan representasi dari pertautan asimilasi agama dan budaya di tanah Kaidipang dan Bolangitang (Kaidipang Besar), mereka berdua diutus menghadap Camat (Ombu Ulea).

Dalam mengutus kedua tokoh ini, dimusyawarahkan di hadapan forum jamaah Jumat, biasanya pada usai sholat jumat seminggu jelang 1 Ramadhan dan 1 Syawal.

Sehingga bahasa adat pengutusan pada dua unsur ini ketika berada dihadapan Ombu Ulea (Camat), “Nei dopato ko tambato kei Ombu Ulea ina, ai digu-digu aneka pinopodiguna no kusyara gu kuaadato kodualomia kambungo, kosayuo monogu noota kiombuo ko dualomia kambungo ki doni Sangadi”.

Artinya, “Kami yang telah datang ke tempat ini, (Camat), membawa amanat dari unsur Syara dan Adat, dihadapan Sangadi yang dipertuan dalam kampung”, begitu ungkapan pembuka pemangku adat, dihadapan Sangadi.

Pada bagian pengungkapan selanjutnya adalah, kedatangan ini memohon informasi kabar (habaru), tentang waktu pelaksanaan awal puasa 1 ramadhan. Untuk selanjutnya informasi waktu ini dibawa kembali sebagai amanat untuk disampaikan ke jamaah di desa.

Mencermati runutan ritual adat ini, dan sedikit hal yang pernah diceritakan para pendahulu, dapat disimpulkan, prosesi ini merupakan inisiatif desa (mohabaru), bukan perintah dari atas (mopohabaru).

Saya akan coba memaparkan secara etimologi (cabang linguistik tentang kata) dua kata ini, Mopohabaru dan Mohabaru memiliki makna yang berbeda, jika yang dituliskan ini ini kurang sesuai, maka saya siap untuk dikritik ataupun mendiskusikan ini (tak ada kebenaran mutlak).

Dan satu lagi, saya bukan ahli bahasa yang kemudian mencoba mengurai ini, mohon diluruskan.

Mopohabaru dan Mohabaru itu berasal dari kata dasar “Habaru”, mungkin ini kata serapan dari bahasa Arab, Khabar. Habaru kemudian menjadi fonetik (bunyi kata) Kaidipang dan Bolangitang.

Saya coba meminjam tata bahasa Indonesia untuk mengurai ini :

1. Mopohabaru, Habaru sebagai kata dasar, diberi imbuhan Mo (prefiks/awalan) Po (sisipan/infiks), menjadi kata kerja Mopohabaru, maknanya Memberi Kabar

2. Mohabaru, sama halnya di atas, Habaru sebagai kata dasar, diberi imbuhan Mo (prefiks/awalan) tanpa sisipan (infiks), menjadi kata Kerja Mohabaru, maknanya Meminta Kabar.

Jika yang saya uraikan ini dicocokkan (bukan cocoklogi) dengan prosesi yang dalam sejarah awalnya merupakan inisiatif dari desa, maka yang pas adalah Mohabaru (meminta kabar) bukan Mopohabaru (memberi kabar).

Artinya, utusan dari desa, menghadap Ulea, untuk meminta kabar, bukan memberi kabar.

Coba kita tanyakan saja pada para tetua adat, istilah yang sejak dulu digunakan itu apakah Mopohabaru ataukah Mohabaru, karena dalam aspek usia, saya belum berani menuliskan pengalaman tentang ini.

Mungkin, disebagian kita, ini hal sepele dan tidak penting, namun menurut saya ini penting, karena ini akan diwariskan pada generasi selanjutnya, maka tak boleh asal-asal.

Mohon maaf jika saya keliru dalam uraian ini.

***

Tentang penulis: Penulis adalah Wartawan media Online di Bolmut, karirnya di kewartawanan, jenjang muda pada Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Kabupaten. Bolmut.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *