-
Penutur : Idris Antogia
-
Penulis/Editor : RidwanÂ
Tiga abad lebih bukanlah usia yang muda buat sebuah peradaban, ada banyak cerita dan banyak hal yang mewarnai perjalanan sejarah sebuah negeri.
Kaidipang, salah satu kecamatan di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara (Bolmut), yang menjadi pusat pemerintahan Bolmut, memiliki sejarah panjang sampai hari ini.
Jika merujuk atas penobatan raja Kaudipan (Kaidipang), berdasarkan Jurnal Gubernur Jenderal Robertus Padtbrugge 16 Agustus sampai tanggal 23 Desember 1677 ke Pulau Sulawesi bagian Utara, maka tepat tangga 9 September 2022 ini negeri Kaidipang sudah berusia 345 tahun, (jika hitungannya dimulai sejak saat penobatan raja).
Perhitungan ini didasari atas penobatan Raja Maurits Datu Binangkal (Pugu Pugu), seperti tertulis dengan jelas dalam jurnal Padtbrugge, bahwa kapal De Vliegende Swaan yang ditumpanginya sudah berlabuh dilepas pantai Kaidipang pada tanggal 8 September 1677.
Pada hari Kamis, 9 September 1677 Gubernur Padtbrugge bersama Ds. Zacharias Caheing disambut raja Kaidipang bersama rakyatnya. (Ds :Dominus, Pendeta, red).
Diberitakan dihadapan raja dan orang banyak, Gubernur Padtbrugge bertanya, apakah keinginan rakyat semua untuk menerima Agama Kristen, hal ini diiyakan oleh masyarakat setempat.
Kemudian Gubernur Padtbrugge menyematkan Topi/ hoedbend berpitakan Emas dan Perak (Mahkota) diatas kepala raja Binangkal (Pugu Pugu).
Digambarkan raja Binangkal sangat terkagum kagum dgn mahkotanya (Kroon Hoed).
Suasana kebatinan raja Binangkal inilah sehingga menjadi pencetus nama besar/Fam bagi anak cucu keturunannya.
Selanjutnya bahwa Raja Kaidipang pertama memakai fam (marga) adalah raja ke-8 yang disebut raja Wellem Cornput kemudian berkembang sehingga menjadi Korompot. Wellem Cornput sendiri diberitakan pernah menjadi Gubernur Jenderal Ternate.
Dituturkan secara turun temurun, bahwa Raja Binangkal (Pugu Pugu) beragama Romans Katolik (RK), sehingga Kompleks pemakaman sang raja yang bernama pemakaman Kapulo sering disebut Kuburan Katolik.
Diberitakan juga dalam jurnal Padtbrugge, sebelum kedatangannya ke Kaidipang pada tahun 1675 raja Binangkal sudah bertemu dengan seorang Pendeta Protestan bernama Ds. Gualtherus Peregrine yang datang berkunjung ke Manado dan pulau Sangihe. Dalam pertemuannya raja Binangkal menyatakan diri ingin menjadi penganut Agama Kristen Protestan.
Keinginan ini dinyatakan kembali pada Ds. Zacharias Caheing yg menyertai Gubernur Padtbrugge.
Kemudian, ada cerita atau kisah raja Maurits Datu Binangkal (Pugu Pugu) ke Kerajaan Gowa apakah hanya sekedar dinobatkan sebagai raja masih perlu pembuktian, kerena sampai saat ini belum ada bukti pendukung berupa dokumen yg menyebutkan penobatan.
Sehingga itu apakah perjalanan raja Binangkal hanya lawatan atau kunjungan persahabatan biasa seorang raja yang berkunjung ke Kerajaan lain, tapi bukan untuk keperluan penobatan sebagai raja.
Raja Binangkal pernah ke kerajaan Gowa ini dapat dibuktikan beberapa hadiah dari Sultan Gowa diantaranya seperangkat alat musik tradisional Kulipu, yang hari ini masih dapat dilihat keberadaannya.
Dari gambar Peta Kaidipang, kita harus berbangga dan nyata bagi kita semua bahwa sudah dan punya peradaban yg tinggi yang sejajar daerah daerah lain di Indonesia.
Dan kita bersyukur pada upaya Pemerintah Daerah Kabupaten Bolaang Mongondow, Balai Arkeologi Manado, Balai Cagar Budaya Gorontalo yang mulai giat melaksanakan penelitian dan pembenahan cagar cagar budaya yg berada di bekas Swapraja di Bolmut.
Penulis merupakan salah seorang penggiat budaya sekaligus Jurnalis di kabupaten Bolmut.