IDENTIK.NEWS – Rusia memberi ultimatum ke Mariupol pada Minggu (21/3/2022) malam, mendesak para pembelanya untuk menyerah sebelum Senin 21 Maret pukul 05.00 pagi waktu setempat.
Hal ini disampaikan oleh Mikhail Mizintsev, kepala Pusat Kontrol Pertahanan Nasional Rusia.
“Kami menyerukan unit Angkatan Bersenjata Ukraina, batalyon pertahanan teritorial, tentara bayaran asing, untuk menghentikan perlawanan, letakkan senjata, dan memasuki wilayah yang dikendalikan oleh Kyiv di sepanjang koridor kemanusiaan yang disepakati dengan pihak Ukraina,” ujar Mikhail Mizintsev.
Kementerian Pertahanan Rusia yang berbicara kepada otoritas Mariupol di aplikasi perpesanan Telegram menulis, “Anda adalah orang-orang yang sekarang memiliki hak untuk membuat pilihan bersejarah–entah Anda bersama orang-orang Anda atau Anda bersama para penjahat.”
“Jika tidak, pengadilan militer yang menanti Anda hanya sedikit dari apa yang telah Anda alami karena sikap tercela terhadap warga Anda sendiri, serta kejahatan dan provokasi mengerikan yang telah Anda lakukan.”
Mariupol merupakan kota pelabuhan strategis yang sebagian besar warganya berbahasa Rusia di tenggara Ukraina, menjadi salah satu target utama serangan Rusia.
Kota ini dihantam tembakan Rusia selama berhari-hari, mengalami pemadaman komunikasi yang hampir total, dan terputus dari pasokan makanan, air, serta kebutuhan lainnya.
Kementerian Pertahanan Rusia berkata, akan membuka koridor kemanusiaan untuk memungkinkan penduduk pergi pada Senin pukul 10.00 pagi waktu setempat jika penyerahan itu disetujui.
Sementara, Ukraina menolak ultimatum untuk menyerahkan kota pelabuhan Mariupol yang terkepung kepada pasukan Rusia.
“Tidak ada pembicaraan tentang penyerahan senjata. Kami sudah memberitahu pihak Rusia tentang hal ini,” kata Wakil Perdana Menteri Iryna Vereshchuk kepada surat kabar Ukrainska Pravda.
“Ini adalah manipulasi yang disengaja dan ini adalah situasi penyanderaan yang nyata,” tambahnya tentang tuntutan tersebut, dikutip dari AFP.
***