IDENTIK.NEWS – Negara-negara Eropa nampaknya akan memutar otak dengan pernyataan terbaru Presiden Rusia, Vladimir Putin.
Putin mengatakan, pihaknya akan tetap memasok gas sesuai denga kontrak. Namun ia mengancam negara-negara yang tak bersahabat dengan Rusia akan membayar harga gas Rusia dalam Rubel.
Pernyataan tersebut dikatakannya pada Rabu (23/3/2022) malam, dalam pertemuan yang disiarkan televisi dengan para menteri tinggi pemerintah.
“Rusia akan terus, tentu saja, untuk memasok gas alam sesuai dengan volume dan harga, tetap dalam kontrak yang disepakati sebelumnya,” tegas Putin, dikutip CNBC International.
“Mata uang pembayaran akan diubah ke rubel Rusia,” sebutnya.
Sebagaimana diketahui, Rusia telah dihajar dengan beragam sanksi oleh Amerika Serika dan sekutunya di Eropa pasca operasi militer khusus dilancarkan ke Ukraina.
Sanksi tersebut termasuk larangan masuk, pembekuan aset, pemutusan dari sistem pembayaran global dan larangan ekspor.
Putin mengatakan pemerintah dan bank sentral memiliki waktu satu minggu untuk menemukan solusi tentang bagaimana memindahkan operasi ini ke mata uang Rusia.
Raksasa gas negara itu, Gazprom juga akan diperintahkan untuk membuat perubahan yang sesuai pada kontrak gas.
Gas Rusia sendiri menyumbang 40% dari total konsumsi Eropa. Kemungkinan perubahan mata uang dapat membuat harga gas grosir Eropa dan Inggris naik sekitar 15-20%.
Kenaikan harga energi sudah membuat Eropa “babak belur” dengan inflasi yang tinggi. Pasokan yang minim juga membuat negara-negara benua itu, terancam gelap gulita dan harus mencari alternatif energi lain di tengah tekanan merubah energi fossil ke terbarukan.
Jerman, pembeli besar gas Rusia, belum berkomentar.
Namun ini diyakini membawa kebingungan baru karena keengganan bank-bank besar memperdagangkan aset Rusia karena sanksi Barat.
“Ini akan menjadi pelanggaran aturan pembayaran yang termasuk dalam kontrak saat ini,” kata sumber senior pemerintah Polandia, yang juga membeli gas Rusia.
Sumber CBNC Indonesia